Selasa, 30 Desember 2014

Bagaimana agar kita dapat bersyukur?

Bagian 2

Agar dapat selalu melihat kepada keadaan orang lain yang berada di bawah kita, maka pusatkanlah perhatian kita kepada apa yang kita miliki dan jangan pernah memusatkan perhatian kepada apa yang belum atau tidak kita miliki bahkan milik orang lain. Jika kita telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap dan pasangan yang terbaik akan tetapi tetap masih merasa kurang, sebabnya adalah karena pikiran kita dipenuhi berbagai keinginan yang belum kita peroleh.
Rumah sudah ada, akan tetapi kita terobsesi oleh rumah yang lebih besar dan indah, mobil mewah serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita menginginkan ini dan itu. Bila tak mendapatkannya, kita terus memikirkannya. tetapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tidak merasa puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya.

Ada sebuah cerita mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tidak dapat membeli sepatu padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore si kakek melihat seseorang yang tidak mempunyai kaki, tetapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur. Jika seseorang yang tidak memiliki kaki bisa ceria, mengapa aku yang memiliki kaki sempurna bersedih dan berkeluh kesah hanya karena belum memiliki sepatu baru? 


Jumat, 26 Desember 2014

Bagaimana agar kita dapat bersyukur?

Bagian 1

Syukur merupakan sikap hati yang terpenting. Dengan bersyukur, seseorang akan senantiasa diliputi rasa damai, tenteram dan bahagia. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat bersyukur atas berbagai nikmat yang Allah berikan?

Pertama, dengan mengingat-ingat dan menyebutkan berbagai nikmat Allah yang ada pada diri kita. Catatlah berbagai nikmat Allah yang kita rasakan di dalam sebuah buku. Dengan demikian kita akan menyadari bahwa sesungguhnya selama ini kita telah merasakan banyaknya nikmat Allah, walaupun sebenarnya apa yang kita sebutkan dan tuliskan itu baru sebagian kecil saja dari nikmatNya yang kita sadari dan kita ketahui.
Dengan mengingat dan menyebut berbagai nikmat dari Allah yang kita rasakan, maka kita akan lebih menyadari betapa Allah mencintai kita. Kita juga akan merasakan bahwa diri kita senantiasa berada dalam limpahan karuniaNya. 
Seseorang yang merasa bahwa hidupnya belum beruntung, penuh dengan kesialan dan penderitaan, maka cara  ini cocok untuk dilakukan. Karena jika orang-orang seperti ini terus mengeluh dan terus saja mengeluh, maka mereka akan semakin jauh dari nikmat Allah.

Kedua, di dalam urusan dunia, melihatlah ke bawah, bandingkan lah kondisi kita dengan orang lain yang keadaannya di bawah kita dan lebih menderita dari kita, misalnya orang-orang yang lebih miskin, lebih bodoh, lebih sakit, lebih buruk dan sebagainya. Bersyukurlah karena kita memiliki pekerjaan, sementara banyak orang yang terpaksa harus mengemis untuk hidup. Bersyukurlah karena kita dapat mengenyam pendidikan yang layak, sementara masih banyak orang yang membaca pun tidak bisa. Bersyukurlah kita masih dapat makan tiga kali dalam sehari, sementara di belahan dunia yang lain banyak orang yang menjadi kurus kering dan kekurangan gizi juga kelaparan. Bersyukur karena kita masih dapat bernafas dengan bebas, sementara banyak orang yang tengah terbaring sakit, yang untuk bernafas saja dirinya memerlukan bantuan alat atau mesin.
 
Bersambung...

Jumat, 19 Desember 2014

Musibah Sebagai Solusi dari Allah

Suatu ketika sebuah kapal laut terhempas ombak kemudian menabrak batu karang dan hancur berkeping-keping. Hampir semua penumpang kapal tak tertolong nyawanya, kecuali seorang wanita separuh baya yang akhirnya terdampar di sebuah pulau kecil tak berpenghuni. Setiap hari ia berdoa mengharapkan pertolongan, tetapi tak ada satu pun kapal yang datang.

Setelah lelah menanti pertolongan yang tak kunjung datang, ia kemudian membangun sebuah pondok kecil dari kayu-kayu yang hanyut untuk berteduh dan menyambung nyawa. Suatu hari, setelah mencari makanan, ia pulang dan mendapati pondok kecilnya telah rata dengan tanah, habis terbakar. Ia berdiri terpaku diliputi perasaan sedih tak terkira. Ia pun kehilangan kesabarannya, putus asa dan protes kepada Allah. Ia berkata, "Ya Allah, sungguh Engkau tega berbuat demikian kepadaku. Gubuk satu-satunya, tempat bernaungku di kesunyian pulau ini pun Engkau izinkan terbakar habis..."

Malam itu ia tidur beratapkan langit dan berlenterakan bintang-bintang malam. Keesokan harinya, saat terbangun dari tidurnya, ia sangat terkejut karena ia mendengar suara kapan yang mendekati daratan. Ternyata kapal itu datang untuk menolongnya.

"Bagaimana kalian tahu aku berada di pulau ini?"
tanyanya kepada para penolong.

"Kami melihat asap yang kau kirimkan," jawab mereka.

Ternyata justru terbakarnya gubuk satu-satunya tempat bernaung wanita tersebut yang menjadi penyebab datangnya pertolongan Allah. Seandainya gubuk itu tidak terbakar, maka mungkin ia tidak akan tertolong dan tinggal di pulau itu sendirian.

Kita sebagai hamba, sudah seharusnya kita berpikir positif dan berprasangka baik kepada Allah atas musibah yang menimpa diri kita.

Sumber: 
SYUKUR
Bahagia Tanpa Henti
Oleh: Habib Naufal Bin Muhammad Alaydrus
 

Kamis, 11 Desember 2014

Nikmat Lima Puluh Ribu Dirham

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumiddin menceritakan:
Ada seorang lelaki yang mengeluhkan kemiskinan dan kesusahannya kepada seorang yang sholeh. Orang sholeh ini kemudian berkata kepadanya:
"Maukah kau menukar kedua matamu dengan sepuluh ribu dirham?"
"Tidak", jawabnya..

"Bagaimana jika kau diberi sepuluh ribu dirham tetapi menjadi bisu?"
"Wah, tentu saja tidak mau..."
sahut lelaki itu,

Orang sholeh itu bertanya lagi, "Maukah kau menukar kedua tangan dan kakimu dengan dua puluh ribu dirham?"
"Tidak, tidak..."
kata lelaki tadi,

"Maukah kau menjadi gila, tetapi kemudian diberi sepuluh ribu dirham?"
"Wah, tidak...tidak..."


"Apakah kau tidak malu, mengeluhkan Allah padahal dia telah memberimu anggota tubuh seharga lima puluh ribu dirham?" ujar orang sholeh tersebut.

Demikianlah kebanyakan sifat kita para manusia, saat memperoleh limpahan nikmat, kita lupa dan tidak menyebut-nyebutnya. Akan tetapi, saat ujian dan hal-hal yang tak menyenangkan tiba, lisan kita pun segera mengeluh tanpa henti.

Kita mengeluh saat kepala kita pusing, tetapi kita tidak bersyukur ketika kepala kita sehat. Seolah-olah kalo kepala kita sehat itu hal yang wajar dan menjadi hak kita. Kalau sakit itu menjadi musibah buat kita.
Kita lupa bahwa kenikmatan maupun kesusahan itu semua adalah pemberian dari Allah.

Mari bersama-sama kita belajar selalu bersyukur...


Dipetik dari buku: 
SYUKUR
Bahagia Tanpa Henti
Karangan Habib Naufal Bin Muhammad Alaydrus

Kamis, 04 Desember 2014

Apakah Kita Sudah Syukur?

Kita manusia seringkali bisa bersyukur pada saat mendapatkan nikmat. Tapi juga masih ada diantara kita yang belum bisa bersyukur saat mendapatkan nikmat. Kapankah kita mendapatkan nikmat?

Ketika kita menerima gaji bulanan, ketika mendapatkan bonus dari perusahaan atau dari bos kita, ketika mendapatkan kiriman dari saudara kita yang merantau, ketika dagangan kita laris manis, ketika kita mendapatkan order banyak dari pelanggan, dan ketika-ketika yang lain yang diluar kebiasaan atau yang jumlahnya banyak yang kejadiannya hanya jarang-jarang atau ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita butuhkan...semua itu kita rasakan sebagai nikmat dan kebanyakan orang mampu untuk mensyukurinya.

Hal-hal sebagaimana dicontohkan diatas itulah yang biasanya kita anggap sebuah nikmat, sehingga kita kemudian bersyukur dan berkata telah mendapat nikmat dari Allah.

Padahal hal-hal yang kita anggap besar seperti diatas sesungguhnya hanyalah nikmat-nikmat kecil yang diberikan Allah, ada nikmat yang jauh lebih besar dari semua itu. Namun kita seringkali meremehkan karena nikmat-nikmat itu tidak terlihat, bahkan seringkali kita menganggap nikmat itu sebagai hal yang biasa-biasa saja, bukan sesuatu yang berharga dan luar biasa.

Sebaliknya ketika kita mendapat bencana, musibah atau hal-hal yang tidak menyenangkan sedikit saja, kita akan langsung merasa sedih, resah, gelisah dan berkeluh kesah.

Ada sebuah nasehat dari Syeikh 'Abdul Qodir Al-Jilani r.a. :
"Jangan keluhkan apapun yang terjadi pada dirimu kepada seorangpun, dan jangan sekali-kali menyalahkan Allah 'Azza wa Jalla atas apa yang Ia perbuat terhadapmu. Akan tetapi, bersyukurlah kepadaNya. Sebab, seseorang yang memperoleh musibah kemudian bersyukur karena merasa yakin bahwa dibalik musibah itu terdapat nikmat yang tersembunyi adalah jauh lebih baik daripada seseorang yang bersyukur tetapi tidak menyadari bahwa dirinya memperoleh banyak nikmat. Berapa nikmat yang engkau peroleh tidak engkau sadari?

Coba kita renungkan bersama nikmat apa saja yang kita terima dari Allah yang kita sering lupa bersyukur atasnya!

- setiap hirupan nafas kita
- keindahan yang bisa kita lihat dengan mata kita
- merdunya suara yang kita dengar dengan telinga kita
- segarnya udara pagi yang kita hirup dengan hidung kita
- lembutnya kulit anak kita yang kita sentuh dengan tangan kita
- hangatnya teh yang masuk ke mulut kita
- setiap ayunan langkah kita 
- dan masih banyak lagi

Renungkan dan bayangkan semua nikmatnya, dan kemudian bayangkan ketika nikmat itu hilang atau terganggu sedikit saja. 
- saat hidung kita tersumbat karena flu
- saat mata kita kemasukan debu
- saat telinga kita kemasukan air waktu mandi
- saat kaki kita keseleo, dst

Selasa, 07 Januari 2014

Membunuh Karena Allah

Sayyidina Ali bin Abu Thalib pernah suatu ketika sedang perang sama Yahudi, berduel dengan seorang Yahudi, akhirnya si Yahudi terdesak sampai pedangnya terlempar dan jatuh tersungkur. Sayyidina Ali langsung mengayunkan pedangnya siap untuk menebas leher si Yahudi. 

Orang Yahudi mikir karena sudah mau mati, apa kira2 yg ingin dilakukannya...
Dia ingin menghina sehina-hinanya orang muslim. Dan pada saat itu dia hanya bisa meludah, maka dia meludahi Sayyidina Ali yang siap menebas lehernya.
Seketika ayunan pedang sayyidina Ali berhenti, dan dia meninggalkan si Yahudi.

Orang Yahudi itu heran dan bertanya kepada Ali, kenapa engkau tidak jadi membunuhku?
Sayyidina Ali menjawab, tadinya aku memerangi kamu karena Allah, tetapi begitu kau meludahi aku, aku takut membunuhmu bukan karena Allah tetapi karena nafsu akibat dari ingin membalas atau marah karena kau ludahi. Karena dalam Islam diajarkan ketika berperang kamu hanya boleh membunuh karena Allah, tidak boleh karena hawa nafsu.

Saat itu juga Yahudi itu membaca syahadat dan masuk Islam.