Agar dapat selalu melihat kepada keadaan orang lain yang berada di bawah kita, maka pusatkanlah perhatian kita kepada apa yang kita miliki dan jangan pernah memusatkan perhatian kepada apa yang belum atau tidak kita miliki bahkan milik orang lain. Jika kita telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap dan pasangan yang terbaik akan tetapi tetap masih merasa kurang, sebabnya adalah karena pikiran kita dipenuhi berbagai keinginan yang belum kita peroleh.
Rumah sudah ada, akan tetapi kita terobsesi oleh rumah yang lebih besar dan indah, mobil mewah serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita menginginkan ini dan itu. Bila tak mendapatkannya, kita terus memikirkannya. tetapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tidak merasa puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya.
Ada sebuah cerita mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tidak dapat membeli sepatu padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore si kakek melihat seseorang yang tidak mempunyai kaki, tetapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur. Jika seseorang yang tidak memiliki kaki bisa ceria, mengapa aku yang memiliki kaki sempurna bersedih dan berkeluh kesah hanya karena belum memiliki sepatu baru?
Ada sebuah cerita mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tidak dapat membeli sepatu padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore si kakek melihat seseorang yang tidak mempunyai kaki, tetapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur. Jika seseorang yang tidak memiliki kaki bisa ceria, mengapa aku yang memiliki kaki sempurna bersedih dan berkeluh kesah hanya karena belum memiliki sepatu baru?